Kamis, 11 Juni 2009

Publication...



Agibisnis Major

Banner Rumah Makan



RUMAH MAKAN ANEKA UDANG

Dengan bangga mempersembahkan...

Menu Spesial dengan harga terjangkau

LAN Sosek ce' lah...

Kamis, 04 Juni 2009

Pengumuman

UNIT KEGIATAN MAHASISWA

FORUM STUDI ISLAM (UKMF FOSI FP)


UNIVERSITAS LAMPUNG


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Kami dari UKMF (Forum Studi Islam) FOSI FP, memberitahukan kepada semua teman-teman mahasiswa Fakultas Pertanian bahwa

Telah terpilih Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum FOSI FP periode 2009-2010 sebagai berikut:

Ketua Umum :
Nama : Roby Maryadi
NPM : 0714011056
Jurusan: Agroekoteknologi

Wakil Ketua Umum :
Nama : Maria Ulfah
NPM : 0714021015
Jurusan: Agribisnis

Dengan ini kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman semua untuk FOSI FP lebih baik kedepannya.

1. Apa pandangan teman-teman tentang FOSI FP secara keseluruhan?
2. Apa yang teman-teman rasakan dengan adanya FOSI FP selama ini?
3. Apakah harapan teman-teman pada FOSI FP yang akan datang?
4. Program-program apa yang teman-teman harapkan untuk dapat
dilaksanakan oleh FOSI FP?
5. Kritik dan saran untuk ketum dan waketum periode 2009-2010?


Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tertanda,
Ketua Umum UKMF FOSI FP


Roby Maryadi


SILAHKAN KIRIM JAWABAN TEMAN-TEMAN KE ALAMAT
Email : mafa_myquran@yahoo.com



Pengumuman

Grand Opening...

IKAMM LAMSEL


Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji hanyalah milik Allah SWT, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada pimpinan tauladan kita Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Mahasiswa muslim merupakan bagian dari generasi muda yang akan melanjutkan kepemimpinan di masa yang akan datang. Mahasiswa muslim merupakan perubah dengan pedoman yang kokoh yaitu Al-Quran dan Sunah. Mahasiswa muslim hendaknya mempunyai wawasan yang luas sebagai modal pemikiran untuk kemajuan Agama, Negara dan Bangsa. Negara ini tidak akan maju apabila daerah-daerah bagiannya tidak maju dan berkembang.

Menyadari bahwa Daerah adalah aset besar untuk kemajuan bangsa ini, dan kemajuan ini akan terwujud apabila kita bekerja secara jama’I (bersama). Mahasiswa muslim Lampung Selatan merupakan aset besar sebagai kaum pemikir untuk kemajuan daerahnya.

Sesungguhnya Allah SWT mencintai umat-Nya yang menjalin ukhuwah dengan baik. Menyadari bahwa kemajuan daerah Lampung Selatan adalah amanah besar, kami mahasiswa muslim asal Kabupaten Lampung Selatan mengikat diri dalam Lembaga Kedaerahan yang bernama Ikatan Mahasiswa Muslim Lampung Selatan (IKAMM LAMSEL).

Kepada seluruh mahasiswa muslim asal LAMSEL, kami tunggu partisipasinya untuk segera BERGABUNG dengan komunitas ini. Jazakallah khoiron katsir.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Peranku Dalam Dakwah Kampus

PERAN MAHASISWA DALAM PERSPEKTIF DAKWAH KAMPUS

Oleh : Maria Ulfah


Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih
?
(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui

(QS. Ash-Shaff : 10-11)

Perjalanan dakwah memang sangat panjang. Bahkan lebih panjang dari umur pendakwahnya. Perjalanan itu dimulai jauh sebelum kita dilahirkan di dunia ini. Allah telah mengutus Nabi Adam as. Sebagai manusia pertama penyampai risalah dakwah dan dakwah itu akan berakhir hingga hari kiamat tiba. Dakwah adalah menyeru dan mengajak manusia manusia untuk kembali kefitrahnya yakni menyembah dan mengabdi kepada Allah Swt, menjalankan segala apa yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dalam bentuk apapun. Setiap pembawa risalah membawa amanah dakwah yang sama yakni untuk menegakkan kalimah ”LA ILAHAILLAALLAH” (QS. Al-Anbiya’ : 25).

Mengingat panjangnya perjalanan dakwah yang harus di tempuh oleh kader dakwah, maka sangat pantas jika Allah mengharapkan orang-orang yang mampu melanjutkan risalah dakwah tersebut. Oleh karena itu, telah hadir sederetan nama-nama yang telah dipahatkan dengan tinta emas dalam lembaran-lembaran suci para mujahid-mujahid Allah, mulai dari masa ketika Nabi Adam di utus untuk menyampaikan risalah dakwah, sampai hadirnya Rosulullah saw sebagai penutup para nabi yang terdahulu dan bertugas untuk menyempurnakan akhlak manusia. Setelah rosul wafat maka amanah dakwah itu dilanjutkan oleh khalifah Abu Bakar as Shidiq, lalu Umar, Utsman , Ali dan selanjutnya masih banyak lagi nama-nama yang telah terukir dengan tinta emas sebagai mujahid dakwah, yang akhirnya amanah dakwah itu sampai kepada kita untuk mengembannya.

Dan akhirnya amanah dakwah itu sampai pada generasi kita! Generasi dakwah kampus. Kampus adalah salah satu tempat dimana sebuah fase kehidupan seorang manusia berjalan, pintu gerbang menuju dunia yang sesungguhnya, dimana banyak pemikiran yang menawarkan segala kelebihan dan kekurangannya dalam menghadapi kehidupan, seolah menutup kebenaran islam yang tak perlu dipungkiri lagi. Sedangkan mahasiswa sebagai salah satu bagian dari civitas akademika merupakan aset terbesar untuk perubahan bangsa ini, yakni sebagai agen perubahan, kontrol sosial dan cadangan sumber daya manusia.

Karena begitu besarnya peran seorang mahasiswa atau pada umumnya adalah pemuda, maka pada setiap zaman pemuda selalu menjadi incaran berbagai ideologi dan pergerakan. Di tangan para pemudalah maju mundurnya kehidupan ini. Tentunya masih segar dalam ingatan kita karena selalu diulas dan diingatkan, betapa dulu Mahasiswa yang tidak lain adalah seorang pemuda mampu menggulingkan rezim Orde Baru yang notabene begitu menakutkan dan mengerikan bagi organisasi-oraganisasi islam yang tumbuh semasa itu. Bung Karmo juga pernah mengatakan pada salah satu pidatonya yang berisi :”Beri aku 10 pemuda maka aku akan kuasai dunia”. Bung karno saja hanya membutuhkan 10 orang pemuda untuk menguasai dunia, betapa besarnya potensi seorang pemuda bagi yang mampu mengolah dan memanfaatkannya dengan baik. Demikian juga dalam dakwah. Tanggung jawab besar untuk memikul beban dakwah terletak pada tangan para pemudanya.

Kampus merupakan ladang dakwah yang tidak boleh diremehkan dengan strategi dakwah seadanya. Mengingat kekhasan kampus, maka dibutuhkan manajemen dan strategi-strategi untuk mengelola dakwah di lingkungan kampus agar tercipta lingkungan kampus yang islami.

Dakwah kampus adalah dakwah yang dilakukan secara umum dengan aktivitas terbuka dalam lingkup perguruan tinggi. Dakwah kampus yang telah bergulir lebih dari 20 tahun kini memasuki sebuah era baru dalam pergerakannya. Perubahan-perubahan terjadi di kampus, seperti perubahan struktur social, perubahan pola dakwah, heterogenitas mahasiswa, dan tuntutan-tuntutan pasca kampus yang semakin menantang membuat para kader dakwah perlu merumuskan pola dakwah yang terbaik di kampusnya masing-masing.

Di dalam perjalanan sejarah, seorang aktivis dakwah kampus (ADK) atau mahasiswa yang menjadi aktivis dakwah di kampus, memiliki peran yang terkait dengan peran dasar mahasiswa, yakni agen of change, iron stock dan control social. ADK, sebagaimana mahasiswa pada umumnya, merupakan unsur yang penting dalam upaya melakukan perubahan. Bedanya, ADK akan menjadi pelaku atau subjek perubahan dengan dakwah sebagai panglimanya. Perubahan ini mencakup berbagai aspek, dari aspek politik, sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, sampai pada ideologi.

ADK sebagai iront stock (cadangan SDM) bermakna seluruh potensi yang dimiliki oleh sorang ADK akan lebih berguna sebagai aset SDM dalam komponen dakwah dimasa yang akan dating. Istilah ‘cadangan’ yang berarti ADK adalah kekuatan masa depan , yakni pasca-kampus, masa dimana lulusan dari perguruan tinggi baik negeri maupun swasta akan mengisi ruang-ruang dan posis-posisi dalam masyarakat, bangsa dan Negara. Sedangkan ADK sebagai control sosial adalah peran dimana seorang mahasiswa bias menjadi katalisator/ mempercepat terjadinya perubahan sosial di dalam masyarakat.

Peran ADK sebagai mahasiswa sangat terkait dengan trilogy dakwah kampus. Kita mengenal dalam dakwah kampus ada tiga ranah, yakni ranah dakwiyah, siyasiyah dan ilmiyyah. Ranah dakwiyyah atau syiar merupakan bagian pertama dan utama, yang menjadi perintis dalam dakwah kampus ranah ini identik dengan kajian keislaman, taklim, dauroh, dan tentunya payung yang bernama lembaga dakwah kampus (LDK). Ranah kedua adalah siyasi yakni social kemasyarakatan. Yang termasuk disini adalah amal islami dalam bentuk bakti social, aktif di organisasi mahasiswa. Terakhir adalah ranah ilmiyyah yakni akademis dan skill keterampilan. Sehingga dari ranah-ranah yang ada memang dibutuhkan mahasiswa yang mampu memainkan peran-peran yang ada disana. Dan tentunya itu tidak mudah. Perlu perdebatan yang panjang dan alot untuk bisa merumuskan pola yang terbaik untuk membentuk ADK tawazun.

Idealnya, setiap bagian tersebut mampu kita seimbangkan . Namun jika ada bagian yang lebih mendominasi laju gerak dakwah kita maka harapannya bagian-bagian yang lain tidak kita tinggalkan sama sekali. Karena pada dasarnya, semua bagian tersebut saling berkaitan dan akan membentuk seorang ADK yang mampu memunculkan pesona pribadinya yang seimbang, atau biasa dikenal dengan ADK tawazun. ADK tawazun merupakan ADK yang menjadi rujukan dalam hal wawasan yang luas mengenai keislaman yang dibuktikan dengan menjadi mentor atau tutor bagi adik-adik tingkatnya, hafal minimal 1-2 juz, cakap sebagai khotib dan penceramah dalam ta’lim atau kajian. Dalam waktu yang sama, ADK tawazun juga mempunyai wawasan yang luas mengenai dunia di luar kampus, ia tidak gagap kalau ditanya mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan social politik yang terjadi di masyarakat dan Negaranya, dia juga mempunyai kecakapan dalam berorganisasi, berperan aktif dalam lembaga kemahasiswaan dan sosisl serta politik kampus. Dia juga mampu memainkan peran dalam keterlibatannya di bidang akademis, ia mempunyai kompetensi yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, sesuai dengan bidang ilmu yang sedang ditekuninya. Ia juga mampu untuk menulis, memiliki IPK diatas rata-rata dan track record akademis seperti karya tulis, penelitian dan seminar. Demikianlah profil sesosok ADK yang tawazun, harapannya kita semua akan segera menjemput gelar itu.

Dalam dakwah kampus, ada beberapa wadah dakwah yang dapat membantu ADK untuk segera mendapatkan gelar tawazun, yakni lembaga dakwah kampus (LDK) misalnya Bimbingan Rohani Islam, Forum Studi Islam, dan Rohani Islam, lini ini menunjang dalam penyebarlusasan dakwah. Lembaga Kemahasiswaan (LK) untuk menunjang siyasah ADK seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM), dan UKM Penerbitan. Sedangkan himpunan mahasiswa (HIMA) di jurusan, UKM Penelitian, karya ilmiah dan English Club merupakan contoh lembaga yang dapat menunjang bidang akademis.

Dari beberapa ranah yang ada biasanya ADK lebih memilih untuk berada dalam salah satu wilayah ini, apakah ia aktif di BEM, di LDK atau di UKM Penelitian. Seorang kader akan bisa produktif jika diberi amanah sesuai dengan potensinya. Akan tetapi, kita harus membuka paradigma kita, walau kita diamanahkan di suatu wilayah dakwah tertentu, kita harus senantiasa siap untuk diposisikan dan membantu wilayah lain jika wilayah lain tersebut membutuhkan bantuan.

Sebagai contoh, seorang ADK yang aktif di LDK perlu juga mengetahui terkait dakwah di kemahasiswaan. Begitu pula aktivis di kemahasiswaan, perlu memahami tentang bagaimana dakwah di lembaga dakwah kampus. Seorang yang aktif di UKM Penelitian , juga perlu tanggap terhadap isu social politik yang sedang berkembang di kalangan mahasiswa. Seorang aktivis yang sering demonstrasi diharapkan pula memiliki basis akademik yang kuat. Seorang alumni LDK pernah berkata bahwa ,” Mahasiswa itu IP-nya harus diatas 3. Bagaimana mau merubah bangsa, kalau merubah IP diri sendiri saja masih terseok-seok”. Benar sekali apa yang disampaikan oleh beliau, sudah selayaknya seorang aktivis dakwah harus mampu menjadi yang terbaik dalam segala bidang.

Demikianlah, beberapa uraian mengenai peran-peran seorang ADK dalam dakwah kampus. Masih ada banyak peran yang perlu diseimbangkan. Masih ada banyak masalah yang perlu diselesaikan bersama. Masih butuh banyak tenaga untuk keberlangsungan dakwah ini kedepan. Masih ada kesempatan untuk orang-orang yang mencoba untuk menjadi saleh dan mampu melejitkan potensinya dengan mengemban amanah dakwah. Masih cukup banyak pelayanan yang harus kita berikan pada masyarakat kampus. Oleh karena itu, masih banyak hal-hal dan strategi-strategi yang harus dipersiapkan dan dimiliki oleh setiap ADK untuk terjun dalam peran-peran terbaik yang telah dipersiapkan untuknya.

Wallahu’alam bish showab.

Disadur dari:

Tim Jarmus FSLDK Nasional. 2008 . Menjadi Muslimah Pembangun Peradaban . Bandung : Gamais Press.

Yani, Ahmad . 1997 . Mutiara Dakwah . Jakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Da’wah (LPPD) Khairu Ummah.

Yusuf Ahmad, Ridwansyah . 2008 . Rekayasa Lembaga Dakwah Kampus . Bandung : Gamais Press.

Potret Dinamika Gerakan Mahasiswa Kontemporer

POTRET DINAMIKA GERAKAN MAHASISWA KONTEMPORER

Oleh : Maria Ulfah

Fundamentalisme Islam Indonesia memiliki ciri khas yang sangat jauh berbeda dengan fundamentalis Islam di negara lain seperti Pakistan ataupun negara-negara timur tengah, antara lain dekatnya hubungan mereka dengan kalangan pemerintahan maupun militer, padahal fundamentalisme Islam di negara lain rata-rata menjauhinya bahkan melakukan konfrontasi secara terbuka, hal lainnya adalah gerakan-gerakan fundamentalis Islam Indonesia tidak berakar maupun berkembang di kalangan ulama maupun santri.

Hubungan gerakan Islam dengan pemerintah yang didukung militer selama masa orde baru mengalami masa pasang surut. Pada awal kebangkitan orba, militer mendapat dukungan baik dari kalangan mahasiswa maupun kalangan Islam yang sakit hati terhadap PKI, bahkan militer melatih dan mempersenjatai laskar pemuda Islam terutama dari kalangan NU dan Muhammadiyah untuk menghancurkan basis-basis PKI, laskar ini kemudian berubah jadi Banser dan KOKAM yang merupakan laskar sipil tidak bersenjata di lingkungan NU dan Muhammadiyah saat ini.

Tapi ketika militer memperoleh kekuasaan , kelompok Islam mulai dipinggirkan , Masyumi gagal untuk diterima kembali menjadi partai politik dan akhirnya membentuk Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) sebuah organisasi dakwah Islam militan yang dikenal sebagai think tank kelompok-kelompok fundamentalis. Organisasi ini tidak mengenal tradisi kartu tanda anggota (KTA) untuk memudahkan pergerakan mereka.

Hubungan kelompok Islam dengan pemerintah memanas dalam pembahasan RUU Perkawinan terutama menyangkut pasal 11 ayat 2 yang membolehkan pernikahan beda agama. RUU ini ditanggapi dengan walk out nya anggota dewan dari PPP dan diikuti oleh penyerbuan dan pendudukan gedung dewan oleh massa dari sejumlah ormas kepemudaan Islam. LetJen Soemitro mengambil inisiatif dalam krisis ini dan berhasil membuat kesepakatan dengan para ulama dan menghilangkan sejumlah pasal yang dianggap merugikan ataupun bertentangan dengan syari'at Islam, yang kemudian ditandangani oleh Soeharto.

Langkah ini menimbulkan kemarahan dari kelompok seterunya yaitu Ali Moertopo yang kemudian dicurigai merekayasa peristiwa Malari dengan melibatkan kelompok Islam buatan BAKIN yaitu GUPPI. Dari peristiwa peristiwa inilah dimulai operasi-operasi intelejen untuk menyusup bahkan menciptakan kelompok-kelompok fundamentalis. Walaupun pemerintahan Soeharto adalah pemerintahan militer tapi semasa rezim Soeharto kekuatan militer secara riil tidak begitu diperhatikan , belanja militer semasa rezim Soeharto sangat sedikit dan jarang dilakukan sehingga dari segi peralatan tempur jumlahnya menurun drastis dari masa rezim sebelumnya yang bahkan pernah tersohor sebagai salah satu negara dengan kekuatan udara dan laut terkuat di dunia (yang pada masa awal orba sebahagian besar discrap) begitu pula dari segi kesejahteraan prajurit sangat memprihatinkan.

Akan tetapi Soeharto memberikan dana tak terbatas kepada aparat- aparat intelejen untuk melakukan intimidasi dan rekayasa untuk menjinakkan kekuatan-kekuatan oposisi ataupun yang berpotensial untuk itu. Puncak perseteruan dengan kelompok Islam terjadi pada peristiwa priok, yang menurut sejumlah kalangan hanya dijadikan tumbal untuk mendapatkan dana bantuan/pinjaman luar negri karena setelah peristiwa tersebut pinjaman luar negri mengalir dengan lancar ke Indonesia. Peristiwa itu mendapat balasan dari sejumlah kelompok radikal seperti pemboman maupun pembajakan pesawat.

Peristiwa peristiwa itu dijadikan alasan bagi aparat untuk bersikap lebih represif dengan membuat isu komando jihad yang menelan korban sejumlah kyai NU di Jawa Timur. Walaupun ada sejumlah keanehan- keanehan yang tidak terungkap dalam peristiwa-peristiwa teror yang menghebohkan paska peristiwa Priok yang mengesankan adanya rekayasa, bahkan salah satu tersangka kasus peledakan BCA merupakan keponakan Widjoyo Nitisastro yang merupakan arsitek orba.

Organisasi-organisasi formal pada masa itu berusaha mengambil sikap koperatif dengan pemerintah untuk mencegah semakin banyaknya korban , hanya beberapa kelompok saja yang menolak seperti PII dan HMI MPO juga sebuah ormas yang baru lahir seperti BKPMI (1978).

Melihat semakin ditekan kekuatan-kekuatan radikal Islam malahan semakin melawan maka pemerintah melalui intelejennya menggunakan teknik seperti yang dilakukan CIA untuk melawan gembong obat bius di Amerika Selatan yaitu dengan cara tidak mengeliminirnya secara total melainkan dengan cara mengontrolnya. Karena dengan anggapan bahwa dengan mengeliminir sebuah potensi konflik malahan akan melahirkan potensi konflik lainnya sehingga malahan meningkatkan instabilitas , karena itulah potensi konflik itu akhirnya dipertahankan dalam batas dimana pemerintah memiliki akses untuk mengontrolnya.

Seiring dengan diberlakukannya NKK/BKK sejumlah ormas kepemudaan/ mahasiswa yang selama itu berbasis di kampus menjadi tersingkir. Salah satu pergerakan Islam yang kemudian memanfaatkan hal ini adalah gerakan Tarbiyah yang mengambil model gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir.

Gerakan ini pada mulanya bergerak di rumah-rumah anggotanya dalam sistim sel yang cangih dan sangat tertutup lalu bergerak ke masjid atau mushola-mushola kecil, biasanya dipilih yang terletak di tengah permukiman yang sulit dijangkau karena harus melewati gang-gang sempit setelah itu mereka mulai bergerak ke masjid masjid kampus dan berusaha memamfaatkan pola kaderisasi yang mereka format sesuai dengan metode jama'ah mereka untuk menarik anggota. Pada anggota usroh awal yang bergerak di luar kampus bahasan utama pertama mereka biasanya masalah tauhid yang diikuti bacaan-bacaan wajib dari Said Hawwa, tapi di kampus-kampus nama usroh biasanya diganti dengan nama mentoring dan materinya pun diperlunak walaupun pada akhirnya menuju kesana.

Gerakan ini bahkan terlihat dibiarkan bahkan terkesan dilindungi oleh pemerintah. Penerbitan buku-buku yang memuat tulisan-tulisan dari tokoh-tokoh IM yang diterjemahkan sangat marak, begitu pula kegiatan- kegiatan mereka jarang diusik aparat. Padahal pada masa itu lazimnya sebuah gerakan yang mengatasnamakan Islam selalu mendapat reaksi represif dari aparat.

Gerakan Tarbiyah ini pada masa reformasi menjadi cikal bakal gerakan mahasiswa KAMMI , Partai Keadilan dan gerakan perempuan Salimah. Pada era 90 an seiring dengan bertambah menguatnya gerakan tarbiyah sejumlah harokah Islam lainnya mencoba masuk ke kampus , yang paling utama adalah Hizbut Tahrir dan Salafy. Hizbut Tahrir yang lebih menekankan di bidang politik tapi dengan cara berjuang di luar sistim dikenal beraliran lebih keras dari tarbiyah tapi kurang begitu mendapat dukungan.

Gerakan Salafy dikenal jauh lebih keras dari dua kelompok tersebut. Gerakan Salafy atau lebih dikenal dengan Wahaby merupakan sebuah mazhab ekstrim di kalangan Islam Sunni yang menerapkan aturan-aturan kaku dan keras.
Pada era 80-90 an gerakan ini dipopulerkan oleh sejumlah warga keturunan Arab utamanya dari kalangan yang memiliki hubungan dengan Al Irsyad yang merupakan organisasi warga Arab keturunan non Sayyid. Gerakan ini menjadi terkenal seiring dengan berdirinya Laskar

Jihad. Interaksi harokah-harokah tersebut seringkali menimbulkan friksi bahkan bentrokan-bentrokan di masjid-masjid kampus, karena lazimnya gerakan - gerakan ini hanya mengenal islam secara hitam putih belaka sehingga lebih cenderung untuk konfrontasi dengan kelompok lain di luar mereka. Tapi clash antar harokah tersebut tidak sebesar pemusuhan mereka terhadap organisasi-organisasi Islam yang lebih lama tumbuh di tanah air. Paham yang dianut kelompok tradisionalis islam dituduh hanya mengajarkan fanatisme buta terhadap mazhab dan ketaatan penuh mereka terhadap kaum ulama atau yang sering diistilahkan taqlid buta (bahkan istilah ini sering dipakai untuk menghantam kelompok lain yang tidak sepaham) , sementara kelompok modernis Islam yang dianut ormas besar lainnya dituduh sebagai kepanjangan tangan antek barat yang hendak merusak Islam dari dalam. Padahal kedua paham tersebut memiliki penganut terbesar di Indonesia dan telah berdiri selama puluhan tahun bahkan sebelum indonesia merdeka.

Selain itu kelompok fundamentalis memiliki rasa permusuhan sangat besar pada kaum non muslim utamanya kristen (dan yahudi) yang dibangun melalui penafsiran-penafsiran sepihak terhadap sejumlah ayat- ayat Al Qur'an. Dari sini bisa terlihat bahwa kelompok-kelompok fundamentalis lebih memiliki potensi konflik baik dengan kalangan non muslim maupun kalangan muslim sendiri (yang tidak sepaham). Dan potensi konflik inilah yang dipelihara oleh pemerintah/milter bahkan kalau perlu dimamfaatkan untuk kepentingan mereka bahkan dengan mudahnya bisa dikorbankan begitu saja. Selain kelompok-kelompok radikal dari agama lain seperti Katholik dan Protestan .

Mencermati geliat gerakan mahasiswa di tataran politik nasional sembilan tahun pasca reformasi bisa dikatakan minim partisipasi. Apalagi untuk urusan berkecimpung di dunia poltik praktis, sangat kurang minat. Kenyataan ini diperlihatkan dari banyaknya “golongan tua” yang masih dominan di dunia politik. Tersebutlah nama-nama lawas seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Jusuf Kalla, Megawati, Amien Rais, Sutiyoso, Sultan HB X, atau Wiranto. Notabene kesemuanya telah berusia diatas 40 tahun. Tak ada satupun muncul nama baru dari golongan muda yang maju ke kancah perpolitikan nasional.

Fenomena ini tentu lahir bukan tanpa sebab. Ketertarikan mahasiswa kontemporer saat ini cenderung kearah market oriented. Yaitu orientasi yang lebih membawa dampak profit and benefit bagi si mahasiswa itu sendiri. Lain kata, mahasiswa saat ini lebih berpikir soal untung-ruginya ia mengikuti sebuah kegiatan.

Tentu saja hal ini amat kontras dengan tipe gerakan politik mahasiswa pada angkatan pra-kemerdekaan, pasca-kemerdekaan, orde lama dan orde baru. Dimana arah pergerakan mahasiswa waktu itu lebih bersifat nation problem oriented dengan melibatkan massa rakyat.

Meski begitu, saat ini masih terdapat kelompok mahasiswa yang memiliki interest terhadap kajian politik. Mereka ini sebenarnya merupakan kelompok termarjinalisasi dari kaum mahasiswa itu sendiri. Mereka yang peduli ini “bertahan” dan membuktikan “eksistensi” didalam bentuk organisasi-organisasi kemahasiswaan seperti BEM, Senat, BPM, Dewan Kemahasiswaan atau kelompok studi yang berorientasi kepada kegiatan politik.

Isu-isu yang diusung biasanya merupakan isu lokal atau paling banter isu kedaerahan dimana organisasi kemahasiswaan itu berada. Contoh, Aliansi BEM Yogyakarta (ABY) mengusung isu pendidikan. Sementara itu di wilayah lain, perkumpulan organisasi kemahasiswaan di Jawa Tengah mengangkat tema penolakan nuklir. Beda lagi di kawasan Ibukota, isu Pilgub yang menjadi bahan omongan mahasiswa-mahasiswa Jakarta saat itu.

Bila dilihat dari kacamata jurnalistik, isu lokal yang diusung organisasi kemahasiswaan diambil karena tingkat proximity-nya tinggi. Jarak memengaruhi minat individu atau kelompok untuk mengangkat sebuah isu. Isu yang diangkat biasanya mengenai kebijakan-kebijakan kampus. Seperti absensi 75%, naiknya SPP dari tahun ke tahun atau problem ketidakberesan birokrasi kampus.

Selain itu, Gerakan mahasiswa saat ini memiliki kecenderungan memperjuangkan vested interest-nya masing-masing. Misalnya, Senat di sebuah fakultas memperjuangkan kepentingan mahasiswanya. Atau BEM yang mengusahakan kepentingan-kepentingan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dibawahnya. Akhirnya malah kesan eksklusif yang justru didapat.

Dampaknya tenaga dan pemikiran kritis mahasiswa kekinian hanya habis tersedot untuk mengurusi masalah-masalah lokal dan internal kampus (meski tidak di semua perguruan tinggi). Sementara isu-isu nasional dikesampingkan atau tidak disorot sama sekali. Akibatnya individu atau anggota organisasi kemahasiswaan tersebut terisolasi pengetahuannya tentang perkembangan politik dunia luar.

Disini gerakan mahasiswa perlu atur taktik dan strategi. Problem ini bisa diatasi dengan cara melakukan pembagian tugas antaranggota didalam organisasi tersebut. Pembagian berdasarkan urusan internal dan eksternal organisasi. Bagian internal mengurusi soal problem mahasiswa dan kampus (bahkan di beberapa lembaga pendidikan tinggi, fungsi ini diserahkan kepada organisasi lain seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan atau Himpunan Mahasiswa Program Studi). Sedangkan bagian eksternal bermain pada tataran menjalin relasi dengan organisasi kemahasiswaan ekstra-universiter. Juga membahas isu-isu yang bersifat nation problem oriented.

Jika individu adalah dasar setiap masyarakat, maka Mahasiswa adalah salah satu individu pilihan yang paling banyak kontribusinya di masyarakat, paling dinamis dan berpengetahuan. Masyarakat dapat bangkit bersama gerakan Mahasiswa, sebagaimana masyarakat akan diam jika Mahasiswa melalaikan kewajiban dan peranannya.

Oleh karena itu, masyarakat sangat memperhatikan Mahasiswa, mereka mengamanahkan kepadanya lingkungan tempat ia belajar, mengamanahkan kepada guru atau dosen untuk mendidiknya secara individu di atas landasan aqidah dan memperhatikan aspek jasmani, akal, ruh, perasaan dan emosi maupun secara kolektif dengan memperhatikan masyarakat, bangsa, umat, dan agama dengan integritas dan nilai-nilainya. Mereka juga memberikan segenap apa yang dimiliki kepada para mahasiswa yang tidak lain adalah anak-anak mereka sendiri.

Maka menjadi kewajiban bagi Mahasiswa untuk menjawab tantangan peradaban tersebut dengan memberikan segenap pemikiran, ilmu, dan amal hingga ia maju bersama masyarakat, dan masyarakat berbangga dengan keberadaannya. Hingga pilar-pilar itu menegakkan kembali peradaban Islam yang penuh berkah.

Disadur dari:

http://triajinugroho.wordpress.com/2008/02/10/gerakan-dakwah-mahasiswa-sebagai-pilar-bangkitnya-peradaban-islam/

http://ikhsani.weebly.com/politics.html

video